A. Mitos
Mite (mitos) adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau (Danandjaja, 1997, dalam Sarmadi, 2009). Lebih lanjut Danandjaja menjelaskan bahwa mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
Mitos dapat memberi gambaran dan penjelasan tentang alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang perilaku yang teratur. Mitos, sejauh dipercaya, diterima, dan dilestarikan, dapat dikatakan menggambarkan sebagian pandangan dunia rakyat, yaitu konsepsi yang tidak dinyatakan tetapi implisit tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk-beluk dunia mereka (Haviland, 1993, dalam Sarmadi, 2009).
Mite dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan tempat asalnya, yaitu yang asli Indonesia dan yang berasal dari luar negeri. Mite yang berasal dari luar negeri pada umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya. Hal ini disebabkan telah mengalami proses adaptasi, misalnya orang Jawa telah banyak mengambil alih mite-mite dari india. Bahkan, orang-orang Jawa juga telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai pahlawan Jawa.
B. Legenda
Menurut James Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi manusia, yang mempunyai kekuatan luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Selain itu, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal.
Lebih lanjut, Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) mengatakan legenda seringkali dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history) walaupun sejarah itu karena tertulis telah mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa legenda memang erat kaitannya dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni, legenda bersifat semihistoris.
C. Contoh Mitos dan Legenda
Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus
Awal mula mitos ini ada yaitu berawal dari kedatangan Syeh Hasan Shadily ke Gunung Muria untuk menuntut ilmu pada Raden Oemar Said Sunan Muria. Kemudian Syeh Hasan Shadily dianjurkan untuk pergi ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya di daerah Rejenu. Syeh Hasan Shadily yang merupakan seorang ulama menarik minat banyak santri untuk berguru dan jumlah santri pun semakin meningkat. Inilah yang mendorong sang ulama berinisiatif membangun sebuah musholla dan membuat tempat wudhu yang dekat dengan musholla tersebut. Kemudian Syeh Hasan Shadily menancapkan kayu pada tanah sekitar musholla, ternyata keluarlah sumber air yang sekarang disebut dengan “air tiga rasa”. Air tiga rasa yang merupakan tempat wudhu Syeh Hasan Shadily dan para santri-santrinya ini juga digunakan sebagai obat untuk santri-santrinya yang sakit sehingga air tiga rasa dipercaya berkhasiat sebagai obat sampai sekarang (wawancara dengan juru kunci Bp. Sami’un pada tanggal 25 April 2011, dalam penelitian skripsi Afif Andi Wibowo, 2011).
Sumber air tiga rasa mempunyai tiga jenis air yang berbeda. Masyarakat mempercayai mitos bahwa ketiga jenis air ini mempunyai khasiat yang berbeda-beda jika diminum. Khasiat yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut (Rynda, 2009, dalam Wibowo, 2011):
a. Sumber air pertama
Sumber air pertama terletak di sebelah kanan dan mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa: anyep-anyep asem/kecut) yang berkhasiat dapat mengobati berbagai peyakit.
b. Sumber air kedua
Sumber air kedua terletak di tengah, mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “sprite” yang berkhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
c. Sumber air ketiga
Sumber air ketiga terletak di sebelah kiri, mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak atau arak” yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya. Apabila ketiga jenis air tersebut dicampur menjadi satu, rasanya akan menjadi air tawar. Masyarakat yang percaya terhadap mitos air tiga rasa berpendapat bahwa latar belakang sejarah air tiga rasa menjadikan masyarakat sangat percaya adanya khasiat dalam sumber air tiga rasa yaitu air tiga rasa yang mempunyai rasa yang berbeda-beda, bagi masyarakat merupakan hal yang sangat menarik dan salah satu pendorong masyarakat mempercayai mitos air tiga rasa. Selain itu, keberadaan air tiga rasa yang merupakan petilasan Syeh Hasan Shadily sehingga memiliki kekuatan-kekuatan atau khasiat-khasiat tertentu yang dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Menurut pendapat saya, mitos tentang air tiga rasa yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit ini sesungguhnya bukanlah berasal dari air nya yang berkhasiat, tetapi mindset/sugesti untuk sembuh ketika meminum air itu sehingga setelah meminum air tersebut terasa bahwa air itulah yang menyembuhkan penyakit, padahal tidak demikian. Selain itu, faktor lain mengapa mitos tersebut masih melekat kuat di masyarakat sekitar Desa Japan, Kabupaten Kudus, dikarenakan mitos tersebut sudah turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain dan sudah menjadi tradisi di sana untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan meminum air tiga rasa yang diyakini memiliki khasiat tersebut. Sehingga, keberadaan mitos tersebut hingga kini masih diyakini kebenarannya.
Contoh Legenda
Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali
Kbo Iwa adalah anak sepasang suami istri kaya raya. Kbo Iwa memerlukan makanan yang banyak, harta kedua orang tuanya pun habis. Warga desa pun kemudian memberi makan Kbo Iwa, tetapi karena memang Kbo Iwa membutuhkan makanan yang banyak, penduduk desa juga tidak mampu lagi memberinya makan. Pada musim kemarau, persediaan makanan di desa itu sudah habis. Kbo Iwa marah karena tidak mendapatkan makanan. Dia begitu marah dan merusak berbagai bangunan di sekitarnya. Masyarakat desa kemudian membangun kembali bendungan, rumah-rumah, dan pura yang sudah dirusak oleh Kbo Iwa dengan mengumpulkan batu kapur, Kbo Iwa yang sedang menggali waduk untuk irigasi bertanya-tanya mengapa penduduk mengumpulkan batu kapur sangat banyak. Penduduk menjawab, untuk membuatkan rumah bagi Kbo Iwa. Selama ini, Kbo Iwa tidur di sembarang tempat. Ia tentu saja senang mendengarnya, sehingga bekerja semakin dalam. Setelah selesai istirahat dan makan, Kbo Iwa kembali bekerja. Setelah itu, Kbo Iwa tidur di dalam sumur yang sedang digalinya. Seminggu lamanya Kbo Iwa tidak muncul, ternyata ia tertidur panjang di dalam sumur yang digalinya. Penduduk mulai melempari kapur ke dalam lubang yang digali. Kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas. Air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur (Alibasah, dalam Mujiningsih, 2015).
Menurut pendapat saya, legenda Kbo Iwa ini diciptakan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memahami peristiwa yang berkaitan dengan alam. Hal tersebut tampak dalam kisah Kbo Iwa yang merupakan legenda mengenai asal-usul Danau Batur. Legenda itu tampaknya memang tercipta dalam usaha memahami peristiwa terjadinya danau. Apa yang muncul dan hadir dalam legenda Kbo Iwa, seperti ketika para penduduk melempari kapur ke dalam lubang yang digali dan kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas dan air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur juga menjadi titik tolak pemahaman terhadap terjadinya danau. Danau Batur sendiri merupakan sumber air terbesar yang ada di Pulau Bali dan juga yang dianggap suci oleh masyarakat Bali. Selain itu, kisah Kbo Iwa dapat dikatakan menjadi latar belakang pemikiran pentingnya sumber air bagi kehidupan sebuah masyarakat. Legenda Kbo Iwa ini juga mungkin memiliki tujuan agar masyarakat Bali tetap menjaga keasrian dan kebersihan Danau Batur yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai tempat yang suci.
DAFTAR PUSTAKA
Mujinigsih, Erlis Nur. 2015. Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2(2), 2015, 194-215.
Sarmadi, L. G. 2009. Kajian Strukturalisme dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Klaten. Tesis Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wibowo, Afif Andi. 2011. Perserpsi Masyarakat terhadap Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Mite (mitos) adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau (Danandjaja, 1997, dalam Sarmadi, 2009). Lebih lanjut Danandjaja menjelaskan bahwa mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
Mitos dapat memberi gambaran dan penjelasan tentang alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang perilaku yang teratur. Mitos, sejauh dipercaya, diterima, dan dilestarikan, dapat dikatakan menggambarkan sebagian pandangan dunia rakyat, yaitu konsepsi yang tidak dinyatakan tetapi implisit tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk-beluk dunia mereka (Haviland, 1993, dalam Sarmadi, 2009).
Mite dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan tempat asalnya, yaitu yang asli Indonesia dan yang berasal dari luar negeri. Mite yang berasal dari luar negeri pada umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya. Hal ini disebabkan telah mengalami proses adaptasi, misalnya orang Jawa telah banyak mengambil alih mite-mite dari india. Bahkan, orang-orang Jawa juga telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai pahlawan Jawa.
B. Legenda
Menurut James Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi manusia, yang mempunyai kekuatan luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Selain itu, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal.
Lebih lanjut, Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) mengatakan legenda seringkali dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history) walaupun sejarah itu karena tertulis telah mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa legenda memang erat kaitannya dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni, legenda bersifat semihistoris.
C. Contoh Mitos dan Legenda
Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus
Awal mula mitos ini ada yaitu berawal dari kedatangan Syeh Hasan Shadily ke Gunung Muria untuk menuntut ilmu pada Raden Oemar Said Sunan Muria. Kemudian Syeh Hasan Shadily dianjurkan untuk pergi ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya di daerah Rejenu. Syeh Hasan Shadily yang merupakan seorang ulama menarik minat banyak santri untuk berguru dan jumlah santri pun semakin meningkat. Inilah yang mendorong sang ulama berinisiatif membangun sebuah musholla dan membuat tempat wudhu yang dekat dengan musholla tersebut. Kemudian Syeh Hasan Shadily menancapkan kayu pada tanah sekitar musholla, ternyata keluarlah sumber air yang sekarang disebut dengan “air tiga rasa”. Air tiga rasa yang merupakan tempat wudhu Syeh Hasan Shadily dan para santri-santrinya ini juga digunakan sebagai obat untuk santri-santrinya yang sakit sehingga air tiga rasa dipercaya berkhasiat sebagai obat sampai sekarang (wawancara dengan juru kunci Bp. Sami’un pada tanggal 25 April 2011, dalam penelitian skripsi Afif Andi Wibowo, 2011).
Sumber air tiga rasa mempunyai tiga jenis air yang berbeda. Masyarakat mempercayai mitos bahwa ketiga jenis air ini mempunyai khasiat yang berbeda-beda jika diminum. Khasiat yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut (Rynda, 2009, dalam Wibowo, 2011):
a. Sumber air pertama
Sumber air pertama terletak di sebelah kanan dan mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa: anyep-anyep asem/kecut) yang berkhasiat dapat mengobati berbagai peyakit.
b. Sumber air kedua
Sumber air kedua terletak di tengah, mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “sprite” yang berkhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
c. Sumber air ketiga
Sumber air ketiga terletak di sebelah kiri, mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak atau arak” yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya. Apabila ketiga jenis air tersebut dicampur menjadi satu, rasanya akan menjadi air tawar. Masyarakat yang percaya terhadap mitos air tiga rasa berpendapat bahwa latar belakang sejarah air tiga rasa menjadikan masyarakat sangat percaya adanya khasiat dalam sumber air tiga rasa yaitu air tiga rasa yang mempunyai rasa yang berbeda-beda, bagi masyarakat merupakan hal yang sangat menarik dan salah satu pendorong masyarakat mempercayai mitos air tiga rasa. Selain itu, keberadaan air tiga rasa yang merupakan petilasan Syeh Hasan Shadily sehingga memiliki kekuatan-kekuatan atau khasiat-khasiat tertentu yang dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Menurut pendapat saya, mitos tentang air tiga rasa yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit ini sesungguhnya bukanlah berasal dari air nya yang berkhasiat, tetapi mindset/sugesti untuk sembuh ketika meminum air itu sehingga setelah meminum air tersebut terasa bahwa air itulah yang menyembuhkan penyakit, padahal tidak demikian. Selain itu, faktor lain mengapa mitos tersebut masih melekat kuat di masyarakat sekitar Desa Japan, Kabupaten Kudus, dikarenakan mitos tersebut sudah turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain dan sudah menjadi tradisi di sana untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan meminum air tiga rasa yang diyakini memiliki khasiat tersebut. Sehingga, keberadaan mitos tersebut hingga kini masih diyakini kebenarannya.
Contoh Legenda
Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali
Kbo Iwa adalah anak sepasang suami istri kaya raya. Kbo Iwa memerlukan makanan yang banyak, harta kedua orang tuanya pun habis. Warga desa pun kemudian memberi makan Kbo Iwa, tetapi karena memang Kbo Iwa membutuhkan makanan yang banyak, penduduk desa juga tidak mampu lagi memberinya makan. Pada musim kemarau, persediaan makanan di desa itu sudah habis. Kbo Iwa marah karena tidak mendapatkan makanan. Dia begitu marah dan merusak berbagai bangunan di sekitarnya. Masyarakat desa kemudian membangun kembali bendungan, rumah-rumah, dan pura yang sudah dirusak oleh Kbo Iwa dengan mengumpulkan batu kapur, Kbo Iwa yang sedang menggali waduk untuk irigasi bertanya-tanya mengapa penduduk mengumpulkan batu kapur sangat banyak. Penduduk menjawab, untuk membuatkan rumah bagi Kbo Iwa. Selama ini, Kbo Iwa tidur di sembarang tempat. Ia tentu saja senang mendengarnya, sehingga bekerja semakin dalam. Setelah selesai istirahat dan makan, Kbo Iwa kembali bekerja. Setelah itu, Kbo Iwa tidur di dalam sumur yang sedang digalinya. Seminggu lamanya Kbo Iwa tidak muncul, ternyata ia tertidur panjang di dalam sumur yang digalinya. Penduduk mulai melempari kapur ke dalam lubang yang digali. Kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas. Air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur (Alibasah, dalam Mujiningsih, 2015).
Menurut pendapat saya, legenda Kbo Iwa ini diciptakan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memahami peristiwa yang berkaitan dengan alam. Hal tersebut tampak dalam kisah Kbo Iwa yang merupakan legenda mengenai asal-usul Danau Batur. Legenda itu tampaknya memang tercipta dalam usaha memahami peristiwa terjadinya danau. Apa yang muncul dan hadir dalam legenda Kbo Iwa, seperti ketika para penduduk melempari kapur ke dalam lubang yang digali dan kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas dan air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur juga menjadi titik tolak pemahaman terhadap terjadinya danau. Danau Batur sendiri merupakan sumber air terbesar yang ada di Pulau Bali dan juga yang dianggap suci oleh masyarakat Bali. Selain itu, kisah Kbo Iwa dapat dikatakan menjadi latar belakang pemikiran pentingnya sumber air bagi kehidupan sebuah masyarakat. Legenda Kbo Iwa ini juga mungkin memiliki tujuan agar masyarakat Bali tetap menjaga keasrian dan kebersihan Danau Batur yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai tempat yang suci.
DAFTAR PUSTAKA
Mujinigsih, Erlis Nur. 2015. Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2(2), 2015, 194-215.
Sarmadi, L. G. 2009. Kajian Strukturalisme dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Klaten. Tesis Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wibowo, Afif Andi. 2011. Perserpsi Masyarakat terhadap Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
No comments:
Post a Comment