Sunday, April 30, 2017
Saturday, April 29, 2017
DIAGRAM VENN
Saturday, April 15, 2017
TUGAS KEDUA MATEMATIKA DAN ILMU ALAMIAH DASAR
Saturday, March 18, 2017
Tuesday, March 7, 2017
TUGAS PERTAMA MATEMATIKA DAN ILMU ALAMIAH DASAR
A. Mitos
Mite (mitos) adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau (Danandjaja, 1997, dalam Sarmadi, 2009). Lebih lanjut Danandjaja menjelaskan bahwa mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
Mitos dapat memberi gambaran dan penjelasan tentang alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang perilaku yang teratur. Mitos, sejauh dipercaya, diterima, dan dilestarikan, dapat dikatakan menggambarkan sebagian pandangan dunia rakyat, yaitu konsepsi yang tidak dinyatakan tetapi implisit tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk-beluk dunia mereka (Haviland, 1993, dalam Sarmadi, 2009).
Mite dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan tempat asalnya, yaitu yang asli Indonesia dan yang berasal dari luar negeri. Mite yang berasal dari luar negeri pada umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya. Hal ini disebabkan telah mengalami proses adaptasi, misalnya orang Jawa telah banyak mengambil alih mite-mite dari india. Bahkan, orang-orang Jawa juga telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai pahlawan Jawa.
B. Legenda
Menurut James Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi manusia, yang mempunyai kekuatan luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Selain itu, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal.
Lebih lanjut, Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) mengatakan legenda seringkali dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history) walaupun sejarah itu karena tertulis telah mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa legenda memang erat kaitannya dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni, legenda bersifat semihistoris.
C. Contoh Mitos dan Legenda
Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus
Awal mula mitos ini ada yaitu berawal dari kedatangan Syeh Hasan Shadily ke Gunung Muria untuk menuntut ilmu pada Raden Oemar Said Sunan Muria. Kemudian Syeh Hasan Shadily dianjurkan untuk pergi ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya di daerah Rejenu. Syeh Hasan Shadily yang merupakan seorang ulama menarik minat banyak santri untuk berguru dan jumlah santri pun semakin meningkat. Inilah yang mendorong sang ulama berinisiatif membangun sebuah musholla dan membuat tempat wudhu yang dekat dengan musholla tersebut. Kemudian Syeh Hasan Shadily menancapkan kayu pada tanah sekitar musholla, ternyata keluarlah sumber air yang sekarang disebut dengan “air tiga rasa”. Air tiga rasa yang merupakan tempat wudhu Syeh Hasan Shadily dan para santri-santrinya ini juga digunakan sebagai obat untuk santri-santrinya yang sakit sehingga air tiga rasa dipercaya berkhasiat sebagai obat sampai sekarang (wawancara dengan juru kunci Bp. Sami’un pada tanggal 25 April 2011, dalam penelitian skripsi Afif Andi Wibowo, 2011).
Sumber air tiga rasa mempunyai tiga jenis air yang berbeda. Masyarakat mempercayai mitos bahwa ketiga jenis air ini mempunyai khasiat yang berbeda-beda jika diminum. Khasiat yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut (Rynda, 2009, dalam Wibowo, 2011):
a. Sumber air pertama
Sumber air pertama terletak di sebelah kanan dan mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa: anyep-anyep asem/kecut) yang berkhasiat dapat mengobati berbagai peyakit.
b. Sumber air kedua
Sumber air kedua terletak di tengah, mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “sprite” yang berkhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
c. Sumber air ketiga
Sumber air ketiga terletak di sebelah kiri, mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak atau arak” yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya. Apabila ketiga jenis air tersebut dicampur menjadi satu, rasanya akan menjadi air tawar. Masyarakat yang percaya terhadap mitos air tiga rasa berpendapat bahwa latar belakang sejarah air tiga rasa menjadikan masyarakat sangat percaya adanya khasiat dalam sumber air tiga rasa yaitu air tiga rasa yang mempunyai rasa yang berbeda-beda, bagi masyarakat merupakan hal yang sangat menarik dan salah satu pendorong masyarakat mempercayai mitos air tiga rasa. Selain itu, keberadaan air tiga rasa yang merupakan petilasan Syeh Hasan Shadily sehingga memiliki kekuatan-kekuatan atau khasiat-khasiat tertentu yang dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Menurut pendapat saya, mitos tentang air tiga rasa yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit ini sesungguhnya bukanlah berasal dari air nya yang berkhasiat, tetapi mindset/sugesti untuk sembuh ketika meminum air itu sehingga setelah meminum air tersebut terasa bahwa air itulah yang menyembuhkan penyakit, padahal tidak demikian. Selain itu, faktor lain mengapa mitos tersebut masih melekat kuat di masyarakat sekitar Desa Japan, Kabupaten Kudus, dikarenakan mitos tersebut sudah turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain dan sudah menjadi tradisi di sana untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan meminum air tiga rasa yang diyakini memiliki khasiat tersebut. Sehingga, keberadaan mitos tersebut hingga kini masih diyakini kebenarannya.
Contoh Legenda
Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali
Kbo Iwa adalah anak sepasang suami istri kaya raya. Kbo Iwa memerlukan makanan yang banyak, harta kedua orang tuanya pun habis. Warga desa pun kemudian memberi makan Kbo Iwa, tetapi karena memang Kbo Iwa membutuhkan makanan yang banyak, penduduk desa juga tidak mampu lagi memberinya makan. Pada musim kemarau, persediaan makanan di desa itu sudah habis. Kbo Iwa marah karena tidak mendapatkan makanan. Dia begitu marah dan merusak berbagai bangunan di sekitarnya. Masyarakat desa kemudian membangun kembali bendungan, rumah-rumah, dan pura yang sudah dirusak oleh Kbo Iwa dengan mengumpulkan batu kapur, Kbo Iwa yang sedang menggali waduk untuk irigasi bertanya-tanya mengapa penduduk mengumpulkan batu kapur sangat banyak. Penduduk menjawab, untuk membuatkan rumah bagi Kbo Iwa. Selama ini, Kbo Iwa tidur di sembarang tempat. Ia tentu saja senang mendengarnya, sehingga bekerja semakin dalam. Setelah selesai istirahat dan makan, Kbo Iwa kembali bekerja. Setelah itu, Kbo Iwa tidur di dalam sumur yang sedang digalinya. Seminggu lamanya Kbo Iwa tidak muncul, ternyata ia tertidur panjang di dalam sumur yang digalinya. Penduduk mulai melempari kapur ke dalam lubang yang digali. Kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas. Air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur (Alibasah, dalam Mujiningsih, 2015).
Menurut pendapat saya, legenda Kbo Iwa ini diciptakan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memahami peristiwa yang berkaitan dengan alam. Hal tersebut tampak dalam kisah Kbo Iwa yang merupakan legenda mengenai asal-usul Danau Batur. Legenda itu tampaknya memang tercipta dalam usaha memahami peristiwa terjadinya danau. Apa yang muncul dan hadir dalam legenda Kbo Iwa, seperti ketika para penduduk melempari kapur ke dalam lubang yang digali dan kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas dan air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur juga menjadi titik tolak pemahaman terhadap terjadinya danau. Danau Batur sendiri merupakan sumber air terbesar yang ada di Pulau Bali dan juga yang dianggap suci oleh masyarakat Bali. Selain itu, kisah Kbo Iwa dapat dikatakan menjadi latar belakang pemikiran pentingnya sumber air bagi kehidupan sebuah masyarakat. Legenda Kbo Iwa ini juga mungkin memiliki tujuan agar masyarakat Bali tetap menjaga keasrian dan kebersihan Danau Batur yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai tempat yang suci.
DAFTAR PUSTAKA
Mujinigsih, Erlis Nur. 2015. Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2(2), 2015, 194-215.
Sarmadi, L. G. 2009. Kajian Strukturalisme dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Klaten. Tesis Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wibowo, Afif Andi. 2011. Perserpsi Masyarakat terhadap Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Mite (mitos) adalah prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau (Danandjaja, 1997, dalam Sarmadi, 2009). Lebih lanjut Danandjaja menjelaskan bahwa mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya. Mite juga mengisahkan petualangan para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau di dunia yang bukan dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
Mitos dapat memberi gambaran dan penjelasan tentang alam semesta yang teratur, yang merupakan latar belakang perilaku yang teratur. Mitos, sejauh dipercaya, diterima, dan dilestarikan, dapat dikatakan menggambarkan sebagian pandangan dunia rakyat, yaitu konsepsi yang tidak dinyatakan tetapi implisit tentang tempat mereka di tengah-tengah alam dan tentang seluk-beluk dunia mereka (Haviland, 1993, dalam Sarmadi, 2009).
Mite dapat dibagi menjadi dua bagian berdasarkan tempat asalnya, yaitu yang asli Indonesia dan yang berasal dari luar negeri. Mite yang berasal dari luar negeri pada umumnya sudah mengalami pengolahan lebih lanjut sehingga tidak terasa lagi keasingannya. Hal ini disebabkan telah mengalami proses adaptasi, misalnya orang Jawa telah banyak mengambil alih mite-mite dari india. Bahkan, orang-orang Jawa juga telah mengadopsi dewa-dewa serta pahlawan-pahlawan Hindu sebagai pahlawan Jawa.
B. Legenda
Menurut James Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berbeda dengan mite, legenda ditokohi manusia, yang mempunyai kekuatan luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Selain itu, legenda bersifat sekuler (keduniawian), terjadi pada masa yang belum begitu lampau, dan bertempat di dunia seperti yang kita kenal.
Lebih lanjut, Danandjaja (1997, dalam Sarmadi, 2009) mengatakan legenda seringkali dipandang sebagai sejarah kolektif (folk history) walaupun sejarah itu karena tertulis telah mengalami distorsi sehingga seringkali dapat jauh berbeda dengan kisah aslinya. Jadi, dapat dikatakan bahwa legenda memang erat kaitannya dengan sejarah kehidupan masa lampau meskipun tingkat kebenarannya seringkali tidak bersifat murni, legenda bersifat semihistoris.
C. Contoh Mitos dan Legenda
Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus
Awal mula mitos ini ada yaitu berawal dari kedatangan Syeh Hasan Shadily ke Gunung Muria untuk menuntut ilmu pada Raden Oemar Said Sunan Muria. Kemudian Syeh Hasan Shadily dianjurkan untuk pergi ke sebelah utara lereng Muria, tepatnya di daerah Rejenu. Syeh Hasan Shadily yang merupakan seorang ulama menarik minat banyak santri untuk berguru dan jumlah santri pun semakin meningkat. Inilah yang mendorong sang ulama berinisiatif membangun sebuah musholla dan membuat tempat wudhu yang dekat dengan musholla tersebut. Kemudian Syeh Hasan Shadily menancapkan kayu pada tanah sekitar musholla, ternyata keluarlah sumber air yang sekarang disebut dengan “air tiga rasa”. Air tiga rasa yang merupakan tempat wudhu Syeh Hasan Shadily dan para santri-santrinya ini juga digunakan sebagai obat untuk santri-santrinya yang sakit sehingga air tiga rasa dipercaya berkhasiat sebagai obat sampai sekarang (wawancara dengan juru kunci Bp. Sami’un pada tanggal 25 April 2011, dalam penelitian skripsi Afif Andi Wibowo, 2011).
Sumber air tiga rasa mempunyai tiga jenis air yang berbeda. Masyarakat mempercayai mitos bahwa ketiga jenis air ini mempunyai khasiat yang berbeda-beda jika diminum. Khasiat yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut (Rynda, 2009, dalam Wibowo, 2011):
a. Sumber air pertama
Sumber air pertama terletak di sebelah kanan dan mempunyai rasa tawar-tawar masam (Jawa: anyep-anyep asem/kecut) yang berkhasiat dapat mengobati berbagai peyakit.
b. Sumber air kedua
Sumber air kedua terletak di tengah, mempunyai rasa yang mirip dengan minuman ringan bersoda seperti “sprite” yang berkhasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
c. Sumber air ketiga
Sumber air ketiga terletak di sebelah kiri, mempunyai rasa mirip minuman keras “tuak atau arak” yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya. Apabila ketiga jenis air tersebut dicampur menjadi satu, rasanya akan menjadi air tawar. Masyarakat yang percaya terhadap mitos air tiga rasa berpendapat bahwa latar belakang sejarah air tiga rasa menjadikan masyarakat sangat percaya adanya khasiat dalam sumber air tiga rasa yaitu air tiga rasa yang mempunyai rasa yang berbeda-beda, bagi masyarakat merupakan hal yang sangat menarik dan salah satu pendorong masyarakat mempercayai mitos air tiga rasa. Selain itu, keberadaan air tiga rasa yang merupakan petilasan Syeh Hasan Shadily sehingga memiliki kekuatan-kekuatan atau khasiat-khasiat tertentu yang dipercayai oleh masyarakat sekitar.
Menurut pendapat saya, mitos tentang air tiga rasa yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit ini sesungguhnya bukanlah berasal dari air nya yang berkhasiat, tetapi mindset/sugesti untuk sembuh ketika meminum air itu sehingga setelah meminum air tersebut terasa bahwa air itulah yang menyembuhkan penyakit, padahal tidak demikian. Selain itu, faktor lain mengapa mitos tersebut masih melekat kuat di masyarakat sekitar Desa Japan, Kabupaten Kudus, dikarenakan mitos tersebut sudah turun-temurun dari satu generasi ke generasi lain dan sudah menjadi tradisi di sana untuk mengobati berbagai macam penyakit dengan meminum air tiga rasa yang diyakini memiliki khasiat tersebut. Sehingga, keberadaan mitos tersebut hingga kini masih diyakini kebenarannya.
Contoh Legenda
Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali
Kbo Iwa adalah anak sepasang suami istri kaya raya. Kbo Iwa memerlukan makanan yang banyak, harta kedua orang tuanya pun habis. Warga desa pun kemudian memberi makan Kbo Iwa, tetapi karena memang Kbo Iwa membutuhkan makanan yang banyak, penduduk desa juga tidak mampu lagi memberinya makan. Pada musim kemarau, persediaan makanan di desa itu sudah habis. Kbo Iwa marah karena tidak mendapatkan makanan. Dia begitu marah dan merusak berbagai bangunan di sekitarnya. Masyarakat desa kemudian membangun kembali bendungan, rumah-rumah, dan pura yang sudah dirusak oleh Kbo Iwa dengan mengumpulkan batu kapur, Kbo Iwa yang sedang menggali waduk untuk irigasi bertanya-tanya mengapa penduduk mengumpulkan batu kapur sangat banyak. Penduduk menjawab, untuk membuatkan rumah bagi Kbo Iwa. Selama ini, Kbo Iwa tidur di sembarang tempat. Ia tentu saja senang mendengarnya, sehingga bekerja semakin dalam. Setelah selesai istirahat dan makan, Kbo Iwa kembali bekerja. Setelah itu, Kbo Iwa tidur di dalam sumur yang sedang digalinya. Seminggu lamanya Kbo Iwa tidak muncul, ternyata ia tertidur panjang di dalam sumur yang digalinya. Penduduk mulai melempari kapur ke dalam lubang yang digali. Kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas. Air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur (Alibasah, dalam Mujiningsih, 2015).
Menurut pendapat saya, legenda Kbo Iwa ini diciptakan oleh masyarakat sekitar dengan tujuan untuk memahami peristiwa yang berkaitan dengan alam. Hal tersebut tampak dalam kisah Kbo Iwa yang merupakan legenda mengenai asal-usul Danau Batur. Legenda itu tampaknya memang tercipta dalam usaha memahami peristiwa terjadinya danau. Apa yang muncul dan hadir dalam legenda Kbo Iwa, seperti ketika para penduduk melempari kapur ke dalam lubang yang digali dan kapur itu bercampur dengan air dan menyebabkan Kbo Iwa tewas dan air tersebut kemudian meluap dan menjadi Danau Batur juga menjadi titik tolak pemahaman terhadap terjadinya danau. Danau Batur sendiri merupakan sumber air terbesar yang ada di Pulau Bali dan juga yang dianggap suci oleh masyarakat Bali. Selain itu, kisah Kbo Iwa dapat dikatakan menjadi latar belakang pemikiran pentingnya sumber air bagi kehidupan sebuah masyarakat. Legenda Kbo Iwa ini juga mungkin memiliki tujuan agar masyarakat Bali tetap menjaga keasrian dan kebersihan Danau Batur yang oleh masyarakat sekitar dianggap sebagai tempat yang suci.
DAFTAR PUSTAKA
Mujinigsih, Erlis Nur. 2015. Legenda Kbo Iwa: Asal-Usul Danau Batur di Bali. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 2(2), 2015, 194-215.
Sarmadi, L. G. 2009. Kajian Strukturalisme dan Nilai Edukatif dalam Cerita Rakyat Kabupaten Klaten. Tesis Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Wibowo, Afif Andi. 2011. Perserpsi Masyarakat terhadap Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus. Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang.
Tuesday, January 17, 2017
TUGAS KETIGABELAS ILMU BUDAYA DASAR
A. “Kecurangan identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur dalam berbagai hal”
Menurut Anda, bagaimana cara manusia agar dapat terhindar dari sifat tercela tersebut?
Diantara langkah yang dapat ditempuh agar menjadi orang yang berjiwa atau berkarakter jujur, salah satunya yaitu:
Pertama, percaya kepada Allah bahwa Ia Maha Melihat segala yang kita lakukan.
Di saat ujian, misalnya, tidak adanya pengawas atau tidak adanya manusia yang tahu, justru seharusnya tidak serta merta disalahgunakan untuk melakukan ketidakjujuran (menyontek jawaban). Sebab sangat percaya bahwa Allah Maha Melihat; merasa bahwa Allah selalu mengawasi perilaku (tingkah laku) baik atau buruk kita. Menyadari bahwa ketidakjujuran bukan saja merusak mental pelakunya, tapi juga menzalimi orang lain yang tidak melakukan kecurangan.
Kedua, percaya diri dan berani melawan karakter buruk.
Hargai dan percayailah kemampuan diri kita, lalu tinggalkanlah kebiasaan buruk. Sungguh, hal ini merupakan bagian dari kejujuran; dan kejujuran di atas segalanya, sungguh menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa ini dapat kita mulai dengan membiasakan hidup jujur tanpa kecurangan. Terlebih jika kita hidup dalam lingkungan pendidikan, baik sebagai pelajar atau mahasiswa, maupun sebagai pendidik (guru atau dosen), maka berlaku jujur atau tidak curang patut kita biasakan bahkan mesti menjadi prinsip hidup kita. Sebab dari kebiasaan dan lingkungan sederhana seperti itulah, hal-hal besar dapat kita atasi dan selesaikan.
B. “Manusia memiliki impian dan cita-cita”
Menurut Anda, faktor apa saja agar apa yang dicita-citakan dapat terwujud?
Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Kerja keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut ada yang menguntungkan dan ada pula yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat, merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita, misalnya sebagai berikut:
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan bagi Budi dalam mencapai cita-citanya.
Menurut Anda, bagaimana cara manusia agar dapat terhindar dari sifat tercela tersebut?
Diantara langkah yang dapat ditempuh agar menjadi orang yang berjiwa atau berkarakter jujur, salah satunya yaitu:
Pertama, percaya kepada Allah bahwa Ia Maha Melihat segala yang kita lakukan.
Di saat ujian, misalnya, tidak adanya pengawas atau tidak adanya manusia yang tahu, justru seharusnya tidak serta merta disalahgunakan untuk melakukan ketidakjujuran (menyontek jawaban). Sebab sangat percaya bahwa Allah Maha Melihat; merasa bahwa Allah selalu mengawasi perilaku (tingkah laku) baik atau buruk kita. Menyadari bahwa ketidakjujuran bukan saja merusak mental pelakunya, tapi juga menzalimi orang lain yang tidak melakukan kecurangan.
Kedua, percaya diri dan berani melawan karakter buruk.
Hargai dan percayailah kemampuan diri kita, lalu tinggalkanlah kebiasaan buruk. Sungguh, hal ini merupakan bagian dari kejujuran; dan kejujuran di atas segalanya, sungguh menyelesaikan berbagai permasalahan bangsa ini dapat kita mulai dengan membiasakan hidup jujur tanpa kecurangan. Terlebih jika kita hidup dalam lingkungan pendidikan, baik sebagai pelajar atau mahasiswa, maupun sebagai pendidik (guru atau dosen), maka berlaku jujur atau tidak curang patut kita biasakan bahkan mesti menjadi prinsip hidup kita. Sebab dari kebiasaan dan lingkungan sederhana seperti itulah, hal-hal besar dapat kita atasi dan selesaikan.
B. “Manusia memiliki impian dan cita-cita”
Menurut Anda, faktor apa saja agar apa yang dicita-citakan dapat terwujud?
Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal itu bergantung dari tiga faktor. Pertama, manusianya yaitu yang memiliki cita-cita; kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai.
Faktor manusia yang mau mencapai cita-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan kemauan keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Kerja keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut ada yang menguntungkan dan ada pula yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat, merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita, misalnya sebagai berikut:
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang menguntungkan atau memudahkan mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya ekonominya lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan hambatan bagi Budi dalam mencapai cita-citanya.
Wednesday, January 4, 2017
TUGAS KEDUABELAS ILMU BUDAYA DASAR
A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung sesuatu. Sehingga menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab dapat dicontohkan seperti ini: Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar, Bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti ia telah bertanggung jawab atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah kadar pertanggung jawabannya, Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C itulah kadar pertanggung jawabannya.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian, tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab, perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Macam-Macam Tanggung Jawab
Manusia berjuang untuk memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu, ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu, manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan.
Dengan demikian, tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:
a. Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian, bisa memecahkan penyelesaian masalahnya sendiri.
Contoh: Sebagai seorang mahasiswa, kita sudah pasti berkewajiban untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas, mengadakan penelitian, dll. Apabila seorang mahasiswa jarang masuk/hadir dalam perkuliahan, tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan, maka resikonya adalah tidak lulus mata kuliah tsb/mendapatkan IP di bawah rata-rata.
b. Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan anggota masyarakat terkecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya tersebut. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan. Sebagai anggota keluarga, kita harus saling menjaga nama baik keluarga dengan sikap dan perbuatan yang kita lakukan di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Contoh: sebagai seorang mahasiswa, tanggung jawab kita terhadap keluarga yaitu salah satu contohnya dengan menunjukkannya lewat prestasi akademik/non akademik di perkuliahan serta berperilaku baik dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku.
c. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain karena manusia kedudukannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain maka kita harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Berinteraksi di dalam suatu kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan karena itu bisa membuat kita saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Contoh: sebagai seorang mahasiswa, dapat ikut andil dalam kegiatan karang taruna yang ada di lingkungan sekitar yang bertujuan untuk membangun interaksi antara satu sama lain dan juga ikut andil dalam kegiatan-kegiatan positif yang berguna bagi masyarakat.
d. Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Tiap individu adalah warga negara dari suatu negara. Dalam berpikir, bertindak, dan bertingkah laku harus sesuai dengan norma yang dibuat oleh negara. Bila ada perbuatan yang tidak sesuai, maka ia harus mempertanggung jawabkannya. Tiap warga negara juga ikut bertanggung jawab dalam menegakkan kesatuan dan keutuhan NKRI.
Contoh: sebagai seorang mahasiswa, kita bertanggung jawab untuk menuntut ilmu dan juga sebagai agent of change bagi bangsa dan negara ini. Mahasiswa dituntut untuk kritis terhadap keadaan di sekitarnya juga ikut andil dalam mengharumkan nama bangsa lewat prestasi/kegiatan-kegiatan positif.
e. Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Tuhan mencipatakan manusia bukan tanpa tanggung jawab. Manusia dalam kehidupannya mempunya tanggung jawab langsung kepada Tuhannya. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukumman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci. Manusia yang melanggar akan mendata dosa dan hukuman langsung dari Tuhan setelah ia wafat nanti.
Contoh: manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. Allah maha pengasih, penyayang dan pengampun. Allah pun tak meminta hal-hal yang menyusahkan manusia untuk mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya diperintahkan untuk sholat 5 waktu dan beramal sholeh (bagi yang beragama Islam), berbuat baik sesama manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. Semua yang diberikan Allah SWT sudah sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah SWT. Tanggung jawab untuk menunaikan semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik lainnya. Menjaga alam yang sudah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela, merawatnya untuk kehidupan selanjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung sesuatu. Sehingga menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab dapat dicontohkan seperti ini: Seorang mahasiswa mempunyai kewajiban belajar, Bila belajar, maka hal itu berarti ia telah memenuhi kewajibannya. Berarti ia telah bertanggung jawab atas kewajibannya. Sudah tentu bagaimana kegiatan belajar si mahasiswa, itulah kadar pertanggung jawabannya, Bila pada ujian ia mendapat nilai A, B atau C itulah kadar pertanggung jawabannya.
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian, tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi yang berbuat dan dari sisi yang kepentingan pihak lain. Dari sisi si pembuat ia harus menyadari akibat perbuatannya itu dengan demikian ia sendiri pula yang harus memulihkan ke dalam keadaan baik. Dari sisi pihak lain, apabila si pembuat tidak mau bertanggung jawab, pihak lain yang akan memulihkan baik dengan cara individual maupun dengan cara kemasyarakatan.
Apabila dikaji, tanggung jawab itu adalah kewajiban atau beban yang harus dipikul atau dipenuhi, sebagai akibat perbuatan pihak yang berbuat, atau sebagai akibat dari perbuatan pihak lain, atau sebagai pengabdian, pengorbanan pada pihak lain. Kewajiban beban itu ditujukan untuk kebaikan pihak yang berbuat sendiri atau pihak lain.
Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau meningkatkan kesadaran bertanggung jawab, perlu ditempuh usaha melalui pendidikan, penyuluhan, keteladanan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Macam-Macam Tanggung Jawab
Manusia berjuang untuk memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu, ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu, manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan.
Dengan demikian, tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu:
a. Tanggung Jawab terhadap Diri Sendiri
Tanggung jawab diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian, bisa memecahkan penyelesaian masalahnya sendiri.
Contoh: Sebagai seorang mahasiswa, kita sudah pasti berkewajiban untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas, mengadakan penelitian, dll. Apabila seorang mahasiswa jarang masuk/hadir dalam perkuliahan, tidak pernah mengerjakan tugas yang diberikan, maka resikonya adalah tidak lulus mata kuliah tsb/mendapatkan IP di bawah rata-rata.
b. Tanggung Jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan anggota masyarakat terkecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya tersebut. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan. Sebagai anggota keluarga, kita harus saling menjaga nama baik keluarga dengan sikap dan perbuatan yang kita lakukan di dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Contoh: sebagai seorang mahasiswa, tanggung jawab kita terhadap keluarga yaitu salah satu contohnya dengan menunjukkannya lewat prestasi akademik/non akademik di perkuliahan serta berperilaku baik dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku.
c. Tanggung Jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain karena manusia kedudukannya sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain maka kita harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Berinteraksi di dalam suatu kehidupan masyarakat sangat dibutuhkan karena itu bisa membuat kita saling mengenal satu dengan yang lainnya.
Contoh: sebagai seorang mahasiswa, dapat ikut andil dalam kegiatan karang taruna yang ada di lingkungan sekitar yang bertujuan untuk membangun interaksi antara satu sama lain dan juga ikut andil dalam kegiatan-kegiatan positif yang berguna bagi masyarakat.
d. Tanggung Jawab terhadap Bangsa dan Negara
Tiap individu adalah warga negara dari suatu negara. Dalam berpikir, bertindak, dan bertingkah laku harus sesuai dengan norma yang dibuat oleh negara. Bila ada perbuatan yang tidak sesuai, maka ia harus mempertanggung jawabkannya. Tiap warga negara juga ikut bertanggung jawab dalam menegakkan kesatuan dan keutuhan NKRI.
Contoh: sebagai seorang mahasiswa, kita bertanggung jawab untuk menuntut ilmu dan juga sebagai agent of change bagi bangsa dan negara ini. Mahasiswa dituntut untuk kritis terhadap keadaan di sekitarnya juga ikut andil dalam mengharumkan nama bangsa lewat prestasi/kegiatan-kegiatan positif.
e. Tanggung Jawab terhadap Tuhan
Tuhan mencipatakan manusia bukan tanpa tanggung jawab. Manusia dalam kehidupannya mempunya tanggung jawab langsung kepada Tuhannya. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukumman-hukuman Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci. Manusia yang melanggar akan mendata dosa dan hukuman langsung dari Tuhan setelah ia wafat nanti.
Contoh: manusia telah di beri kehidupan yang sangat mencukupi dan layak. semua itu atas pemberian sang pencipta yaitu Allah SWT. Allah maha pengasih, penyayang dan pengampun. Allah pun tak meminta hal-hal yang menyusahkan manusia untuk mewujudkan rasa bersyukur manusia terhadap semua kebaikan-Nya. Manusia hanya diperintahkan untuk sholat 5 waktu dan beramal sholeh (bagi yang beragama Islam), berbuat baik sesama manusia dan berbuat baik kepada Allah SWT. Semua yang diberikan Allah SWT sudah sepatutnya menimbulkan rasa tanggung jawab manusia kepada Allah SWT. Tanggung jawab untuk menunaikan semua yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan yang dilarang-Nya. Tanggung jawab untuk menjalankan sholat 5 waktu dan amalan yang baik lainnya. Menjaga alam yang sudah diciptakan, diberikan Allah dengan sukarela, merawatnya untuk kehidupan selanjutnya adalah sebuah bentuk tanggung jawab dan ungkapan rasa bersyukur yang tiada tara kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.
TUGAS KESEBELAS ILMU BUDAYA DASAR
A. Jenis-Jenis Kecemasan
Sigmund Freud ahli Psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik (syaraf), dan kecemasan moril.
(a). Kecemasan Obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui di pakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan. Seorang wanita yang pernah mengalami tindakan asusila oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah melecehkannya. Kecemasan akibat dan kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian apa yang disebut stress. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil dan sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk membalas berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
(b). Kecemasan Neorotis (Syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
(1) Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan.
Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa seseuatu yang hebat akan terjadi.
Contoh:
Didi anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia duduk di kelas V SD. Pada suatu hari ia diberitahu ayahnya, bahwa bulan depan ayahnya dipindahkan ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu Didi harus ikut. Jadi ia harus pindah sekolah di kota tempat ayahnya bertugas. Ibu Didi nampak gelisah, karena tinggal di tempat yang lama ia sudah betah, berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan ibu-ibu. Lebih-Iebih Didi, karena baik di kampung maupun di sekolah Didi banyak kawannya. Karena itu ia takut kalau di tempat yang baru kelak ia tidak akan merasa betah. Bila tidak ikut pindah, akan ikut siapa, ikut pindah bagaimana di tempat yang baru nanti. Ia takut pada bayangannya sendiri.
(2) Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia).
Bentuk khusus dari phobia adalah, bahwa intensitas ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya. Misalnya seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis, ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon karet oleh ayahnya. satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
(3) Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap, dan sebagainya.
Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya.
Contoh:
Seseorang yang tidak biasa menyanyi atau bicara di depan umum, sekonyong-konyong diminta untuk menyanyi atau berpidato. Maka ia gelisah, gemetar, dan hilang keseimbangan, sehingga sulit berbicara atau menyanyi.
(c). Kecemasan Moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain: iri, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang. Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misalnya, seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka dalam pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan, sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
B. Sebab-Sebab Gelisah
Biasanya orang gelisah itu karena merasa akan tidak bisa melakukan sesuatu yang akan dikerjakannya pada masa depan. Misalnya gelisah karena takut tidak mendapat kerjaan, atau bisa juga gelisah karena merasa tidak bisa mengerjakan tugas dari kampus/kantornya. Gelisah itu timbul ketika pikiran kita sudah dimasuki rasa negatif yg begitu tinggi akan sesuatu, sehingga rasa percaya diri akan hilang. Tentu itu akan membuat kita menjadi gelisah. Intinya, gelisah itu timbul karena kita merasa takut tidak bisa mengerjakan kewajiban kita sehingga takut pula untuk kehilangan haknya.
Apabila kita kaji, salah satu penyebab orang merasa gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Contoh:
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan), orang tentu akan gelisah. Hal itu disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus. Misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
C. Upaya Mengurangi Rasa Gelisah
Hampir semua orang pernah mengalami situasi yang kadang bisa membuat cemas atau gelisah. Ada yang bisa mengatasinya dengan mudah, ada pula yang justru tenggelam dalam kegelisahan yang berlebihan sehingga bisa memicu depresi.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa gelisah yaitu:
1. Usahakan agar pikiran tetap tenang, dan jangan terlalu berburuk sangka terhadap segala sesuatu.
2. Carilah tempat yang disukai untuk menenangkan kegelisahan yang dialami.
3. Curhat atau berbagi perasaan kepada orang lain yang dianggap mampu untuk bisa membantu dalam menghilangkan kegelisahan yang dialami.
4. Jangan terpengaruh dengan situasi yang memanas dan membuat kita selalu terpikirkan tentang rasa gelisah tersebut.
5. Prioritaskan yang terpenting dulu sebelum berbuat.
6. Segeralah bangkit dan semangat dari kegelisahan itu, melalui kejernihan dan kepekaan dalam menganalisis segala sesuatu yang terjadi. Baik yang akan terjadi maupun yang sudah terjadi, dan jangan mudah mengambil keputusan yang diambil dari diri sendiri.
7. Luangkan sedikit waktu untuk mengisi hal yang positif dan dapat menenangkan kegelisahan yang dialami.
8. Berdo'alah dan mintalah petunjuk kepada Tuhan, karena segala sesuatu itu atas takdirNYA.
9. Gunakanlah alternatif pengobatan yang bisa membantu, seperti meditasi, mediasi, terapi, ataupun yang lain.
Sigmund Freud ahli Psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik (syaraf), dan kecemasan moril.
(a). Kecemasan Obyektif
Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui di pakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan. Seorang wanita yang pernah mengalami tindakan asusila oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah melecehkannya. Kecemasan akibat dan kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian apa yang disebut stress. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil dan sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk membalas berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
(b). Kecemasan Neorotis (Syaraf)
Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
(1) Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan.
Kecemasan timbul karena orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa seseuatu yang hebat akan terjadi.
Contoh:
Didi anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia duduk di kelas V SD. Pada suatu hari ia diberitahu ayahnya, bahwa bulan depan ayahnya dipindahkan ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu Didi harus ikut. Jadi ia harus pindah sekolah di kota tempat ayahnya bertugas. Ibu Didi nampak gelisah, karena tinggal di tempat yang lama ia sudah betah, berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan ibu-ibu. Lebih-Iebih Didi, karena baik di kampung maupun di sekolah Didi banyak kawannya. Karena itu ia takut kalau di tempat yang baru kelak ia tidak akan merasa betah. Bila tidak ikut pindah, akan ikut siapa, ikut pindah bagaimana di tempat yang baru nanti. Ia takut pada bayangannya sendiri.
(2) Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia).
Bentuk khusus dari phobia adalah, bahwa intensitas ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya. Misalnya seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis, ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon karet oleh ayahnya. satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya. Hukuman yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
(3) Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap, dan sebagainya.
Reaksi ini munculnnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id meskipun ego dan superego melarangnya.
Contoh:
Seseorang yang tidak biasa menyanyi atau bicara di depan umum, sekonyong-konyong diminta untuk menyanyi atau berpidato. Maka ia gelisah, gemetar, dan hilang keseimbangan, sehingga sulit berbicara atau menyanyi.
(c). Kecemasan Moril
Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi antara lain: iri, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa kurang. Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat Oleh karena itu sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misalnya, seseorang yang merasa dirinya kurang cantik, maka dalam pergaulannya ia terbatas kalau tidak tersisihkan, sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
B. Sebab-Sebab Gelisah
Biasanya orang gelisah itu karena merasa akan tidak bisa melakukan sesuatu yang akan dikerjakannya pada masa depan. Misalnya gelisah karena takut tidak mendapat kerjaan, atau bisa juga gelisah karena merasa tidak bisa mengerjakan tugas dari kampus/kantornya. Gelisah itu timbul ketika pikiran kita sudah dimasuki rasa negatif yg begitu tinggi akan sesuatu, sehingga rasa percaya diri akan hilang. Tentu itu akan membuat kita menjadi gelisah. Intinya, gelisah itu timbul karena kita merasa takut tidak bisa mengerjakan kewajiban kita sehingga takut pula untuk kehilangan haknya.
Apabila kita kaji, salah satu penyebab orang merasa gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Contoh:
Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan), orang tentu akan gelisah. Hal itu disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus. Misalnya hak hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
C. Upaya Mengurangi Rasa Gelisah
Hampir semua orang pernah mengalami situasi yang kadang bisa membuat cemas atau gelisah. Ada yang bisa mengatasinya dengan mudah, ada pula yang justru tenggelam dalam kegelisahan yang berlebihan sehingga bisa memicu depresi.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa gelisah yaitu:
1. Usahakan agar pikiran tetap tenang, dan jangan terlalu berburuk sangka terhadap segala sesuatu.
2. Carilah tempat yang disukai untuk menenangkan kegelisahan yang dialami.
3. Curhat atau berbagi perasaan kepada orang lain yang dianggap mampu untuk bisa membantu dalam menghilangkan kegelisahan yang dialami.
4. Jangan terpengaruh dengan situasi yang memanas dan membuat kita selalu terpikirkan tentang rasa gelisah tersebut.
5. Prioritaskan yang terpenting dulu sebelum berbuat.
6. Segeralah bangkit dan semangat dari kegelisahan itu, melalui kejernihan dan kepekaan dalam menganalisis segala sesuatu yang terjadi. Baik yang akan terjadi maupun yang sudah terjadi, dan jangan mudah mengambil keputusan yang diambil dari diri sendiri.
7. Luangkan sedikit waktu untuk mengisi hal yang positif dan dapat menenangkan kegelisahan yang dialami.
8. Berdo'alah dan mintalah petunjuk kepada Tuhan, karena segala sesuatu itu atas takdirNYA.
9. Gunakanlah alternatif pengobatan yang bisa membantu, seperti meditasi, mediasi, terapi, ataupun yang lain.
TUGAS KESEPULUH ILMU BUDAYA DASAR
A. Pengertian Harapan
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya, harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun, adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya, banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Harapan, ya suatu hal yang selalu ada dalam setiap langkah kehidupan manusia, tak terkecuali kita. Sebuah harapan selalu menyertai kita, seperti harapan mendapatkan bonus penghasilan, atau mengikuti sebuah undian berhadiah berharap agar mendapatkan sebuah hadiah utama. Ya benar sekali, harapan akan selalu membawa motivasi untuk kita melangkah terus maju. Sebuah langkah mudah dalam membangun harapan adalah sebuah keyakinan, yakni hal utama untuk membangun semua yang kita inginkan. Dengan begitu, kita pasti akan terus berusaha untuk mewujudkan harapan tadi dengan cara berusaha semaksimal mungkin. Sebagai contoh, kita memiliki harapan untuk dapat lolos tes SBMPTN dan diterima di Universitas A, maka cara untuk mewujudkan impian tersebut yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin seperti belajar, mengikuti bimbel, latihan soal-soal ujian, dll.
B. Mengapa Manusia Memiliki Harapan?
Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu:
1. Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah:
a. Kelangsungan hidup (survival).
b. Keamanan (safety).
c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
d. Diakui lingkungan (status).
e. Perwujudan cita-cita (self-actualization).
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
C. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya. Artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ‘’ia tidak percaya pada diri sendiri’’, ‘’saya tidak percaya ia berbuat seperti itu’’, atau ‘’berita itu kurang dapat dipercaya’’. Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya. melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaann yaitu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu, maka makin besar pula kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan – langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas:
1. Kepercayaan terhadap Diri Sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanarnkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2. Kepercayaan terhadap Orang Lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi ‘’orang itu dipercaya karena ucapannya’’. Misalnya, orang yang berjanji akan sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar oleh orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3. Kepercayaan terhadap Pemerintah
Kepercayaan kepada pemerintah menurut saya yaitu dengan mempercayakan kinerja pemerintah dalam usaha membangun negara ini. Meskipun seperti yang kita ketahui bersama, dalam setiap pelaksanaannya hampir sering terdapat penyelewengan-penyelewangan di sana-sini yang dilakukan oleh oknum aparat pemerintahan. Kita sebagai warga negara yaitu ikut serta dalam mengawasi dan mengawali setiap kebijakan-kebijakan dan proses penyelenggaraan oleh pemerintah, sehingga ketika ada penyelewengan, dapat diadili/ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Kepercayaan terhadap Tuhan YME
Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dcngan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kcpada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu, jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari pada-Nya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya Zat yang Maha Tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada Zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi, kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
a) meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
b) meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
c) meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya
d) mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e) menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya, harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun, adakalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya, banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Harapan, ya suatu hal yang selalu ada dalam setiap langkah kehidupan manusia, tak terkecuali kita. Sebuah harapan selalu menyertai kita, seperti harapan mendapatkan bonus penghasilan, atau mengikuti sebuah undian berhadiah berharap agar mendapatkan sebuah hadiah utama. Ya benar sekali, harapan akan selalu membawa motivasi untuk kita melangkah terus maju. Sebuah langkah mudah dalam membangun harapan adalah sebuah keyakinan, yakni hal utama untuk membangun semua yang kita inginkan. Dengan begitu, kita pasti akan terus berusaha untuk mewujudkan harapan tadi dengan cara berusaha semaksimal mungkin. Sebagai contoh, kita memiliki harapan untuk dapat lolos tes SBMPTN dan diterima di Universitas A, maka cara untuk mewujudkan impian tersebut yaitu dengan berusaha semaksimal mungkin seperti belajar, mengikuti bimbel, latihan soal-soal ujian, dll.
B. Mengapa Manusia Memiliki Harapan?
Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang memiliki harapan, yaitu:
1. Dorongan Kodrat
Kodrat adalah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terwujud dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, sedih, dan bahagia. Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat, dan hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat inilah, manusia memiliki harapan.
2. Dorongan Kebutuhan Hidup
Manusia memiliki kebutuhan hidup, umumnya adalah kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena kemampuan manusia sangat terbatas baik kemampuan fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Menurut Abraham Maslow, sesuai dengan kodratnya, harapan atau kebutuhan manusia itu adalah:
a. Kelangsungan hidup (survival).
b. Keamanan (safety).
c. Hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (be loving and loved).
d. Diakui lingkungan (status).
e. Perwujudan cita-cita (self-actualization).
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup maka manusia mempunyai harapan. Karena pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
C. Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata percaya. Artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Ada ucapan yang sering kita dengar ‘’ia tidak percaya pada diri sendiri’’, ‘’saya tidak percaya ia berbuat seperti itu’’, atau ‘’berita itu kurang dapat dipercaya’’. Dengan contoh berbagai kalimat yang sering kita dengar dalam ucapan sehari-hari itu, maka jelaslah kepada kita, bahwa dasar kepercayaan itu adalah kebenaran.
Ada jenis pengetahuan yang dimiliki seseorang bukan karena merupakan hasil penyelidikan sendiri, melainkan diterima dari orang lain. Kebenaran pengetahuan yang didasarkan atas orang lain itu disebabkan karena orang lain itu dapat dipercaya. Yang diselidiki bukan lagi masalahnya. melainkan orang yang memberitahukan itu dapat dipercaya atau tidak. Pengetahuan yang diterima dari orang lain atas kewibawaann yaitu disebut kepercayaan. Makin besar kewibawaan yang memberitahu mengenai pengetahuan itu, maka makin besar pula kepercayaan.
Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan – langsung atau tidak langsung kepada manusia. Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan atas:
1. Kepercayaan terhadap Diri Sendiri
Kepercayaan pada diri sendiri itu ditanarnkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya.
2. Kepercayaan terhadap Orang Lain
Percaya kepada orang lain itu dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja. Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya terhadap kata hatinya, perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan yang berbunyi ‘’orang itu dipercaya karena ucapannya’’. Misalnya, orang yang berjanji akan sesuatu harus dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar oleh orang lain, apalagi membuat janji kepada orang lain.
3. Kepercayaan terhadap Pemerintah
Kepercayaan kepada pemerintah menurut saya yaitu dengan mempercayakan kinerja pemerintah dalam usaha membangun negara ini. Meskipun seperti yang kita ketahui bersama, dalam setiap pelaksanaannya hampir sering terdapat penyelewengan-penyelewangan di sana-sini yang dilakukan oleh oknum aparat pemerintahan. Kita sebagai warga negara yaitu ikut serta dalam mengawasi dan mengawali setiap kebijakan-kebijakan dan proses penyelenggaraan oleh pemerintah, sehingga ketika ada penyelewengan, dapat diadili/ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku.
4. Kepercayaan terhadap Tuhan YME
Kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dcngan Tuhannya. Bagaimana Tuhan dapat menolong umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kcpada Tuhannya, sebab tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karena itu, jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari pada-Nya, manusia harus percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan atau pengakuan akan adanya Zat yang Maha Tinggi yang menciptakan alam semesta seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan pemujaan kepada Zat tersebut.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk meningkatkan rasa percaya kepada Tuhannya. Usaha itu bergantung kepada pribadi, kondisi, situasi, dan lingkungan. Usaha itu antara lain:
a) meningkatkan ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah
b) meningkatkan pengabdian kita kepada masyarakat
c) meningkatkan kecintaan kita kepada sesame manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan sebagainya
d) mengurangi nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan
e) menekan perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya
Sunday, January 1, 2017
TUGAS KESEMBILAN ILMU BUDAYA DASAR
A. Pengertian Nilai-Nilai Budaya
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini, yaitu:
1. Simbol-simbol, slogan, atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak-gerik yang muncul akibat slogan, motto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
B. Teori-Teori Budaya
1. Ki Hajar Dewantara
Budaya yang ada di Indonesia sangat berpengaruh pada berubahnya kondisi alam yang ada di Indonesia dan perkembangan zaman dari masa ke masa. Hal tersebut terrnyata sesuai dengan pendapat seorang pakar dari Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa budaya merupakan hasil perjuangan masyarakat terhadap zaman dan alam. Perjuangan ini membuktikan kejayaan dan kemakmuran hidup masyarakat dalam menghadapi kesulitan dan rintangan untuk bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan di hidupnya.
2. Koentjaraningrat
Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Untuk lebih jelasnya mengenai hal di atas, Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan, yaitu:
(1) Wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
(2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam suatu masyrakat.
(3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. Akulturasi Budaya dan Contohnya
Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin “acculturate” yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum, pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bisa saling memengaruhi.
Sedangkan, menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.
Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
• Kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat.
• Kontak budaya dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan.
• Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa, teknologi, kemasyarakatan, agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
• Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
• Kontak budaya baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.
Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya. Semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebarannya. Adanya berbagai suku bangsa yang terdapat di Indonesia, secara alami akan terjadi pertemuan dua budaya atau lebih. Dalam proses akulturasi, semua perbedaan yang ada akan berjalan beriringan dengan semua unsur persamaan yang mereka miliki sampai pada akhirnya budaya yang memiliki pengaruh lebih kuat akan berperan besar dalam proses akulturasi.
Contoh wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi (Islam dan Hindu-Budha di Indonesia) yaitu:
Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid Menara Kudus atau disebut juga dengan masjid Al-Aqsa dan Al-Manar, merupakan sebuah bukti akulturasi budaya yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi. Seni rupa Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian.
Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam di Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti halnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.
Bentuk seni sastra:
-Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
-Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton dan sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
-Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan lain sebagainya.
-Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum masuknya Islam ke Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha. Tapi setelah Islam masuk, banyak kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Malaka, Demak dan lain sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender, yaitu kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dimana dalam kalender Saka terdapat nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam di Indonesia, sultan agung dari Mataram membuat kalender Jawa, menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, sultan agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Tapi masih tetap menyertakan hari pasaran pada kalender saka. Kalender sultan agung ini dimulai pada tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai-nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, motto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok motto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya ini, yaitu:
1. Simbol-simbol, slogan, atau yang lainnya yang kelihatan kasat mata (jelas)
2. Sikap, tindak laku, gerak-gerik yang muncul akibat slogan, motto tersebut
3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
B. Teori-Teori Budaya
1. Ki Hajar Dewantara
Budaya yang ada di Indonesia sangat berpengaruh pada berubahnya kondisi alam yang ada di Indonesia dan perkembangan zaman dari masa ke masa. Hal tersebut terrnyata sesuai dengan pendapat seorang pakar dari Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa budaya merupakan hasil perjuangan masyarakat terhadap zaman dan alam. Perjuangan ini membuktikan kejayaan dan kemakmuran hidup masyarakat dalam menghadapi kesulitan dan rintangan untuk bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan di hidupnya.
2. Koentjaraningrat
Koentjaraningrat menerangkan bahwa pada dasarnya banyak yang membedakan antara budaya dan kebudayaan, dimana budaya merupakan perkembangan majemuk budi daya, yang berarti daya dari budi. Pada kajian Antropologi, budaya dianggap merupakan singkatan dari kebudayaan yang tidak ada perbedaan dari definsi. Jadi kebudayaan atau disingkat budaya, menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Untuk lebih jelasnya mengenai hal di atas, Koentjaraningrat membedakan adanya tiga wujud dari kebudayaan, yaitu:
(1) Wujud kebudayaan sebagai sebuah kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai- nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya.
(2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam suatu masyrakat.
(3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. Akulturasi Budaya dan Contohnya
Istilah akulturasi berasal dari bahasa Latin “acculturate” yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama”. Secara umum, pengertian akulturasi (acculturation) adalah perpaduan budaya yang kemudian menghasilkan budaya baru tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dalam budaya tersebut. Misalnya, proses percampuran dua budaya atau lebih yang saling bertemu dan berlangsung dalam waktu yang lama sehingga bisa saling memengaruhi.
Sedangkan, menurut Koentjaraningrat, akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yang berbeda. Syarat terjadinya proses akulturasi adalah adanya persenyawaan (affinity) yaitu penerimaan kebudayaan tanpa rasa terkejut, kemudian adanya keseragaman (homogenity) seperti nilai baru yang tercerna akibat keserupaan tingkat dan corak budayanya.
Akulturasi bisa terjadi melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
• Kontak sosial pada seluruh lapisan masyarakat, sebagian masyarakat, atau bahkan antar individu dalam dua masyarakat.
• Kontak budaya dalam situasi bersahabat atau situasi bermusuhan.
• Kontak budaya antara kelompok yang menguasai dan dikuasai dalam seluruh unsur budaya, baik dalam ekonomi, bahasa, teknologi, kemasyarakatan, agama, kesenian, maupun ilmu pengetahuan.
• Kontak budaya antara masyarakat yang jumlah warganya banyak atau sedikit.
• Kontak budaya baik antara sistem budaya, sistem sosial, maupun unsur budaya fisik.
Hasil akulturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap budaya. Semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebarannya. Adanya berbagai suku bangsa yang terdapat di Indonesia, secara alami akan terjadi pertemuan dua budaya atau lebih. Dalam proses akulturasi, semua perbedaan yang ada akan berjalan beriringan dengan semua unsur persamaan yang mereka miliki sampai pada akhirnya budaya yang memiliki pengaruh lebih kuat akan berperan besar dalam proses akulturasi.
Contoh wujud budaya yang sudah mengalami proses akulturasi (Islam dan Hindu-Budha di Indonesia) yaitu:
Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Masjid Menara Kudus atau disebut juga dengan masjid Al-Aqsa dan Al-Manar, merupakan sebuah bukti akulturasi budaya yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 Hijriah atau 1549 Masehi. Seni rupa Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian.
Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam di Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti halnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.
Bentuk seni sastra:
-Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
-Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton dan sering dianggap sebagai peristiwa sejarah contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
-Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan lain sebagainya.
-Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.
Bentuk seni sastra di atas, banyak berkembang di Melayu dan Pulau Jawa.
Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum masuknya Islam ke Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang bercorak Hindu-Budha. Tapi setelah Islam masuk, banyak kerajaan yang bercorak Hindu-Budha mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Malaka, Demak dan lain sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.
Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender, yaitu kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dimana dalam kalender Saka terdapat nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam di Indonesia, sultan agung dari Mataram membuat kalender Jawa, menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Pada kalender Jawa, sultan agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa. Sedangkan nama-nama hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan bahasa Arab. Tapi masih tetap menyertakan hari pasaran pada kalender saka. Kalender sultan agung ini dimulai pada tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.
Subscribe to:
Posts (Atom)